Merpati Berkabung

Nama Umum: Mourning Dove

Nama Ilmiah: Zenaida macroura

Mempelajari Mourning Dove (Merpati Berkabung, Zenaida macroura) memberikan wawasan baru. Artikel ini membahas secara terperinci tentang mereka. Dapatkan pengetahuan lebih dengan membaca artikel ini sepenuhnya.

Ekosistem, Habitat, dan Makanan Mourning Dove

Dynamic image of the Mourning Dove, popularly known in Indonesia as Merpati Berkabung.
Nature’s allure, seen through www.pixnio.com’s perspective.

Merpati berkabung, atau dikenal juga dengan sebutan mourning dove, adalah salah satu jenis burung yang memiliki ciri khas dengan suara kicauannya yang khas. Burung ini banyak ditemukan di berbagai tempat seperti di selatan Kanada, barat daya Amerika Serikat, pulau-pulau Antilles, Bermuda, Meksiko, Panama, dan juga di Hawaii. Mereka cenderung hidup di habitat-habitat yang terbuka seperti di pinggir jalan, di area perumahan, hingga di ladang-ladang dan hutan ringan. Menariknya, meskipun burung ini lebih sering ditemukan di tempat yang terbuka, namun mereka juga sering terlihat bersarang di sekitar pemukiman penduduk.

Salah satu keunikan dari merpati berkabung adalah pola makan mereka yang tersusun secara konsisten. Merpati berkabung cenderung memiliki pola makan yang lebih banyak berorientasi pada tumbuhan, seperti biji-bijian dan rumput. Sekitar 99% dari diet mereka terdiri dari biji-bijian dan sedikit serangga dan siput. Mereka juga sering kali menelan kerikil yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan. Karena pola makan yang demikian, merpati berkabung sering menjadi masalah yang serius bagi petani, karena mereka bisa menyebabkan kerusakan pada tanaman mereka.

Meskipun sering dianggap sebagai burung yang sering meresahkan, namun merpati berkabung memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem. Banyak tanaman yang mengandalkan penyebaran biji-bijian oleh burung ini untuk menyebar di wilayah yang lebih luas. Selain itu, burung ini juga sering dijadikan sebagai salah satu burung terbang yang dijadikan sebagai simbol damai. Dengan pola makan yang khas dan perannya dalam menjaga keseimbangan alam, tidak heran jika merpati berkabung sering dihargai dan dihormati oleh masyarakat.

Karakteristik Fisik dan Biologis Mourning Dove

Captured moment of the Mourning Dove, in Indonesia known as Merpati Berkabung.
A snapshot of nature’s art, courtesy of www.outdooralabama.com.

Merpati berkabung atau Mourning Dove adalah burung yang memiliki ukuran sedang dengan panjang 22,5-36 cm dan berat 96-170 gram. Mereka memiliki bulu berwarna abu-abu terang yang berubah menjadi abu-abu keping pada bagian dada, serta bintik-bintik hitam yang terlihat pada sayap lebarnya yang berbentuk elips. Rentang sayap mereka adalah 37-45 cm. Burung ini memiliki ekor yang panjang dan meruncing dengan bulu ekor luar berwarna putih dan bulu ekor dalam berwarna hitam. Merpati berkabung memiliki kaki yang pendek berwarna kemerahan, kepala bulat, dan paruh pendek yang berwarna coklat tua hingga hitam pekat.

Jantan dewasa memiliki bercak ungu-merah yang cerah atau bersinar pada sisi leher, dengan warna merah muda yang terlihat hingga bagian dada dan mahkota berwarna abu-abu kebiruan. Sedangkan betina memiliki warna coklat yang lebih banyak dan ukurannya sedikit lebih kecil dari jantan. Burung muda memiliki penampilan yang mirip dengan reptil dan berwarna gelap hingga mencapai usia 3 bulan, pada saat itu mereka sudah tidak bisa dibedakan dari burung dewasa dalam hal warna bulunya.

Merpati berkabung biasanya bersarang di pohon dan hanya memiliki satu anak dalam satu musim. Mereka menyusui anaknya selama sekitar 12-15 hari dan kemudian anaknya meninggalkan sarang. Selanjutnya burung ini akan membuat sarang baru untuk musim baru. Di musim dingin, mereka dapat berkumpul dalam kelompok besar untuk mencari makanan dan mempertahankan suhu tubuh mereka yang hangat. Merpati berkabung juga memiliki kebiasaan berlomba-lomba dengan terbang cepat satu sama lain di udara, yang disebut sebagai “bunyi lemparan”. Kebiasaan ini sering dianggap sebagai tanda cinta dan kepercayaan antara pasangan merpati berkabung.

Bagaimana Mourning Dove Berperilaku?

Image of the Mourning Dove (Zenaida macroura), popular in Indonesia as Merpati Berkabung.
Beauty in its natural form, image by sites.psu.edu.

Merpati Berkabung dikenal dengan suara mereka yang lembut dan sedih, cooOOoo-woo-woo-woooo, yang seringkali disalahartikan sebagai suara burung hantu. Mereka melakukan ritual ikatan pasangan, mengepantingkan tubuh saat panas, minum air dalam jumlah besar, dan mandi di hujan, kolam dangkal, dan bak mandi burung. Penerbangan mereka cepat dan lurus seperti peluru, dan mereka tinggal bersama dalam pohon di luar musim berkembang biak. Merpati berkabung adalah pemakan dari tanah, dan mereka juga melakukan mandi debu. Untuk mengalihkan perhatian predator dari sarang, induk burung akan berpura-pura luka dan meloncat di tanah dari kejauhan, lalu terbang menjauh dari predator saat saat terakhir.

Seperti namanya, Merpati Berkabung juga dikenal dengan perilaku mereka yang sedih dan lembut. Mereka sering terlihat berduka saat memanggil pasangan mereka, dengan suara cooOOoo-woo-woo-woooo yang melankolis. Selain itu, mereka juga memiliki kebiasaan minum air dalam jumlah yang besar dan mandi di hujan atau kolam dangkal. Selain itu, mereka juga sering mandi di bak mandi burung, yang merupakan salah satu cara mereka menjaga kebersihan bulu mereka.

Walau terlihat lemah dan sedih, Merpati Berkabung sebenarnya memiliki kecerdasan dan insting yang luar biasa dalam melindungi sarang mereka dari predator. Mereka menggunakan trik dengan berpura-pura luka dan terbang menjauh dari predator saat mendekati sarang mereka. Selain itu, penerbangan mereka yang cepat dan lurus juga membantu mereka melarikan diri dari ancaman predator. Keunikan perilaku Merpati Berkabung ini membuat mereka menjadi salah satu burung yang menarik untuk diamati.

Hubungan Mourning Dove dengan Hewan Lain

Captivating shot of the Mourning Dove, or Merpati Berkabung in Bahasa Indonesia.
The raw beauty of nature, captured by www.istockphoto.com.

Merpati Berkabung atau yang sering juga disebut dengan Mourning Dove adalah spesies burung yang paling umum ditemui di Amerika Utara. Salah satu karakteristik interaksi yang dimiliki oleh Merpati Berkabung adalah ancaman dari pemangsa. Pemangsa utama Merpati Berkabung adalah kucing, elang, layang-layang, gagak, kerakap, dan ular tikus. Oleh karena itu, Merpati Berkabung sering kali harus waspada dan mempertahankan diri untuk tetap bertahan hidup.

Selain ancaman dari pemangsa, Merpati Berkabung juga menghadapi ancaman dari polusi logam timbal. Polusi timbal ini adalah hasil dari memakan sisa peluru yang ditembakkan di lapangan berburu. Hal ini menyebabkan keracunan timbal pada Merpati Berkabung dan dapat berakibat fatal bagi kesehatannya. Namun, meskipun menghadapi ancaman ini, populasi Merpati Berkabung ternyata masih terus meningkat dan diklasifikasikan sebagai spesies yang paling tidak terancam menurut IUCN Red List.

Di Amerika Serikat, Merpati Berkabung juga menjadi buruan bagi para pemburu. Tercatat lebih dari 20 juta hingga 40-70 juta Merpati Berkabung yang diburu setiap tahunnya di Amerika Serikat. Hal ini juga menjadi ancaman bagi populasi Merpati Berkabung. Namun, pemerintah setempat telah mengatur dan mengawasi pemburuan Merpati Berkabung untuk menjaga keseimbangan populasi dan kelestariannya. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Merpati Berkabung tetap bertahan dan menjadi salah satu spesies burung yang paling dikenal dan umum di Amerika Utara.

Keunikan Lain dari Merpati Berkabung

Captivating shot of the Mourning Dove, or Merpati Berkabung in Bahasa Indonesia.
Nature’s masterpiece, presented by www.istockphoto.com.

Mourning Dove atau dalam bahasa Indonesia disebut Merpati Berkabung adalah burung yang memiliki karakter unik yang membuatnya berbeda dengan burung lainnya. Selain dikenal sebagai burung yang bersuara khas dengan bunyi “coo-cuh-coo”, Mourning Dove juga memiliki kebiasaan hidup yang menarik. Burung ini merupakan burung monogami yang sangat produktif dalam berkembang biak dengan memiliki hingga 6 tangkapan dalam satu musim. Mereka mulai membangun sarang pada bulan Maret, dan puncak musim berkembang biak mereka adalah pada bulan April hingga Juli.

Beternak Merpati Berkabung juga membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian karena burung ini hanya bertelur 1-2 butir setiap periode. Telur-telur tersebut akan dierami selama 2 minggu sebelum menetas. Anak burung yang baru menetas disebut squabs, akan diberikan susu selama 3-4 hari sebelum mulai memakan biji-bijian seperti orang tua mereka. Apabila anak burung ini berhasil bertahan hidup selama satu tahun pertama, mereka dapat hidup hingga 4-5 tahun di alam liar dan bahkan hingga 19 tahun bila dipelihara di penangkaran.

Kini, populasi Merpati Berkabung diperkirakan mencapai 475 juta dan terus meningkat. Berkat keberhasilan mereka dalam berkembang biak, burung ini menjadi salah satu spesies burung yang paling banyak dijumpai di seluruh dunia. Selain itu, Mourning Dove juga dikenal sebagai burung yang ramah dan mudah untuk dijinakkan, membuatnya menjadi burung yang populer sebagai hewan peliharaan. Dengan segala keunikan dan karakteristiknya, Merpati Berkabung tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu burung yang menyenangkan untuk dipelajari dan ditemukan di sekitar kita.

Satwa Terkait
Griffon Vulture
Red-Shouldered Hawk